Rabu, 24 Juni 2009

Interview with Rolling Stone Indonesia (Original)


Sebenarnya kita bukan band Asia pertama yang tampil di Warped Tour. SID adalah band Asia kedua, tapi kita adalah band Asia pertama yang walaupun tidak merilis album di Amerika tapi tampil di Warped Tour.

1. Kalian menjadi band Asia pertama yang tampil di Vans Warped Tour. Apa komentar kalian, dan atraksi apa saja yang kalian siapkan untuk itu?

Sebenarnya kita bukan band Asia pertama yang tampil di Warped Tour. SID adalah band Asia kedua, tapi kita adalah band Asia pertama yang walaupun tidak merilis album di Amerika tapi tampil di Warped Tour. Sebelumnya [tahun 2003] ada band punkrock dari Beijing yang sempat tampil di Warped namun album mereka sebelumya dirilis oleh label Amerika dan mereka dibawa ke Warped oleh labelnya. Perasaan kita sejauh ini sangat excited dan ada sedikit perasaan tegang juga, this a big chapter for us and one of our biggest dream. Karena waktu kita tampil per show di Warped hanya 20 menit, kita akan menyiapkan repertoar tanpa ampun. Hajar sejak awal, tanpa jeda, dan pergi pada saat yang tepat. Dengan waktu yang singkat kita akan coba meninggalkan kesan yang tajam menusuk. Atraksi khusus sejauh ini belum ada yang kita siapkan,-selain memasang bendera Merah Putih di stage- mungkin kita akan memakai pakaian adat Bali sambil bawa keris? Haha...we'll see how it goes....

2. Di sana kalian akan menjalani tur. Hal apa yang paling menyenangkan dan menyebalkan dari sebuah tur?

Berkaca dari tour kita di Australia, yang paling menyenangkan adalah ketika kita berada diatas panggung dan melihat ekspresi para penonton yang sebelumnya seperti underestimate terhadap SID namun perlahan mulai menangkap energi yang kita lemparkan. Dan pada akhirnya semua ikut berpesta dengan SID ditemani stage dive dan mosh yang mereka ciptakan. That feeling is priceless. Selain itu mencicipi rasa bir yang berbeda-beda disetiap state and making new friends selalu menjadi hal yang menyenangkan. Biasanya banyal hal-hal adventurous dan unpredictable terjadi with our new friends. Haha. Yang paling menyebalkan mungkin pada saat kita lelah atau sakit disertai massive hangover. But mostly it's fun coz we're doing what we love...

3. Energi apa yang ingin ditonjolkan dari album Angels and the Outsiders?

Positivity, kerja keras dan semangat unity in diversity a.k.a Bhinneka Tunggal Ika.

4. Apa saja hal favorit kalian di album ini?

Selain cover nya yang kita anggap the best abum cover since The Clash's London Calling, kita menyukai the fact that SID tidak harus selalu bermain up-tempo untuk tetap menyalakan api pemberontakan. Dengan bermain mid-tempo pesan kita tetap tersampaikan dengan utuh. Album ini bisa disebut sebagai a mind opener untuk generasi yang menganggap punkrock harus selalu bermain cepat dan penuh distorsi. Ibaratnya, kita tidak harus memelihara anjing pitbull untuk merasa menjadi seorang lelaki. There's so many other dangerous things than a pitbull. This album is a statement that punkrock is already in our blood so we don't need to be pretentious and showing it with too much speed and distortion. We know what we're made of.

5. Kalau ada orang yang baru pertama kali mendengar SID, apa wejangan kalian terhadapnya, dan sebaiknya dia memulai dengan mendengarkan album yang mana?

Start it with Black Market Love, karena di album ini SID mulai menemukan bentuk pemikiran yang nantinya menjadi fondasi musik dan attitude kita sampai sejauh ini. Perpaduan esensi amarah punkrock, kebrandalan rockabilly, outlaw love songs dan being the real minority in Indonesia. That's SID dan Black Market Love merangkumnya dengan seimbang. Our suggestion to our first listener will be "Go grab a beer and kiss the mainstream world goodbye!"

6. Kalian tidak takut bereksperimen dan memasukkan hal-hal baru. Bagi kalian, seberapa penting menjaga keterbukaan dalam bermusik?

Honestly, musically nothing is new in this world. Everything has been done. That's why hal-hal baru yang kita masukkan juga selalu kita jaga agar tidak menjadi dominan dan benang merah SID tetap terlihat. Kami selalu berexperimen tapi tidak sampai ke level 'too much'. We're not The Mars Volta, we're a punkrock band so esensi yang kita pegang teguh adalah etika 'in your face'. Straightforward, tidak banyak basa basi atau bermain-main dengan dimensi. Sometime less is more.

7. Berdiri selama lebih dari 10 tahun dengan personal yang sama sudah merupakan suatu prestasi membanggakan untuk sebuah band. Apakah ini berlaku juga untuk kalian? Apa tantangan yang paling besar dalam mempertahankan SID selama ini?

Kita merasa it's just the beginning of SID. Kita baru saja terlahir kembali dengan album Angels and The Outsiders dan jalan kita masih sangat panjang. 14 tahun mungkin bukan waktu yang singkat namun kami masih terus belajar. Belajar bagaimana menundukkan industri musik Indonesia, belajar bagaimana menerjemahkan isi kepala dan hati kita dengan lebih utuh tanpa bias agar pendengar juga bisa menerjemahkannya dengan benar. Dalam tubuh SID sendiri saat ini kita tidak menemukan masalah yang signifikan untuk menjaga keutuhan band. Tantangan terbesar justru datangnya dari industri musik Indonesia dimana kita kadang dihadapkan dengan sebuah tembok besar bernama diskriminasi. Hal-hal seperti itu yang kadang membat kita drop, namun kadang juga memberi motivasi untuk lebih keras lagi menampar wajah industri musik Indonesia, dengan prestasi dan hal-hal positif tentunya.

8. Musik Indonesia saat ini dihuni band-band yang seragam. Apakah kalian melihat itu sebagai tantangan, sesuatu yang harus hilang, atau itu justru tidak masuk dalam perhatian kalian?

Bagi SID itu sebuah tantangan besar yang harus ditaklukkan. Kita ini bagaikan semut yang melawan gajah, namun semutnya percaya diri karena punya karma dan strategi yang bagus. Situasi industri musik Indonesia inilah yang membuat kita tertantang untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa musisi Indonesia sebenarnya tidak seragam. Dan sebenarnya terlihat seragam karena band-band yang muncul di TV/media adalah band-band yang itu itu saja. Hasil survei statistik amatir versi SID: di Indonesia jumlah band yang memainkan musik-musik cutting edge lebih banyak daripada band-band komersial. Lalu kenapa band komersial yang selalu dominan di media-media? Itulah yang sedang kita pelajari formula nya, kita mencoba dalami trik-trik bisnis nya tanpa mengorbankan idealisme dan sikap hidup. Kita percaya -apalagi dengan fanbase Outsiders yang bertambah kuat setiap detik- jika serius kita pasti bisa menaklukkan sang gajah industri.

9. Kalian berbicara tentang hal-hal yang 'rumit' melalui musik, seperti menentang perang, kesetaraan, sampai Bhinneka Tunggal Ika. Apakah pernah merasakan kesulitan dalam melakukannya? Jika ya, apa saja dan bagaimana mengatasinya?

Hal-hal yang kita suarakan sebenarnya bukanlah hal-hal yang rumit. It's all real. Itu semua terjadi setiap saat disekitar kita, secara langsung maupun tidak. Cuma masalahnya sekarang apakah kita mau membicarakannya? Kita percaya sebuah issue akan bisa menjadi sedikit teratasi dan mulai menemukan solusi disaat kita mulai terbiasa membicarakannya. Contohnya issue HIV dan Global Warming, masyarakat kita sekarang sudah jauh lebih terbuka dan educated tentang issue-issue tersebut. Mungkin suatu saat, hal yang sama akan terjadi dalam issue kesetaraan, SARA yang -mudah-mudahan- nantinya bisa memberi impact positif dalam kehidupan kita di Indonesia yang multi-kultural. Kami sadar, kami ini hanya sebuah band dan pesan-pesan kita tidak akan bisa merubah dunia seperti yang kita bayangkan. Kami tahu banyak musisi lain melihat apa yang kita lakukan ini tidak efektif. Buat apa musisi bicara tentang kesetaraan, perdamaian? Useless! Sudah sana cari duit saja, main aman, nyanyi cinta, kalian tidak akan bisa merubah Indonesia. And you know what? We don't give a flying fuck about what you think of us. We're rebels and we like to take some risk. Kita tidak mengklaim diri kita lebih baik daripada orang lain, tapi SID mencintai Indonesia dan ingin melakukan sesuatu yang positif untuk pemikiran generasi muda bangsa ini. Bagi SID, rasa ketidak pedulian tidak akan membawa kita kemana-mana. Menjadi peduli adalah tindakan yang bernyali. Karena kita punya musik, maka musik lah yang kita pakai sebagai senjata. Kita tidak pernah menemukan kesulitan besar karena kami nyaman dengan apa yang kami lakukan. Kami nyaman berada di posisi ini: sebuah band minoritas dengan fanbase kuat yang tidak takut menjadi dirinya dan selalu berpesta keras untuk Bhinneka Tunggal Ika. Does that sounds familiar di Indonesia? No. Hell no.

10. Apakah kalian merasa harus selalu memasukkan pesan dalam musik kalian?

Tidak juga. Ada beberapa lagu SID yang bercerita tentang hal-hal ringan selain hal 'rumit' diatas. Namun bagi kita semua lagu pasti ada pesannya. Entah itu krusial atau tidak, tergantung dari perspektif dan background pendengarnya.

11. Apa hal yang paling ingin kalian lakukan, tapi belum kesampaian?

Membuat video klip 'Memories of Rose' yang di sutradarai oleh Garin Nugroho dan memakai Christine Hakim sebagai model-nya.

12. Band/musisi apa yang sedang gemar didengar?

Bobby Kool: The Living End, NOFX, AFI, AC/DC, Dave Matthews Band, No Use For A Name.
Eka Rock: The Living End, AC/DC, AFI, Helltrain, Paul Anka, No Use For A Name.
Jrx: The Gaslight Anthem, Bruce Springsteen, Everlast, Social Distortion, Tiger Army.

13. Setelah berdiri selama ini, pencapaian apa yang paling membuat kalian bangga?

Melewati 14 tahun dengan punkrock dan personel yang sama membuat kami merasa kuat. Namun melihat peta kekuatan Outsiders di Indonesia yang berkembang pesat dan makin kuat membuat kami bangga dan percaya diri. Mereka adalah refleksi SID terhadap sikap masyarakat mainstream. Walaupun kami minoritas, kami makin kuat dan tidak pernah sendiri...

14. SID adalah ikon musik Bali. Setujukah Anda dengan pernyataan itu?

Mungkin lebih tepatnya sebagai 'salah satu' ikon musik Bali. Dan lebih tepat lagi kalau SID adalah Ikon Berandalan Bali. Hahaha.

15. Kalian ingin dikenang sebagai apa?

Band yang membuat orang tua dan pacar anda resah.

Sabtu, 06 Juni 2009