Minggu, 19 Juli 2009 | 03:32 WIB
Budi Suwarna
”More! More! More!” Teriak puluhan penonton meminta Superman Is Dead (SID) menyanyikan lagi beberapa lagu. Ini bukan terjadi di konser SID di Indonesia, melainkan di arena Warped Tour 2009 di Time Warner Cable Amphitheatre di Cleveland, Ohio, Amerika Serikat.
Sayang SID tidak bisa memenuhi permintaan mereka karena jatah manggungnya selama 20 menit sudah berakhir. Sambil turun panggung, vokalis SID, Bobby Kool, berteriak, ”Kamu bisa mendengarkan CD album kami.”
Sebagian penonton pun mendatangi personel SID di belakang panggung, berbincang, kemudian membeli CD album SID. Mereka juga meminta tanda tangan dan foto bersama SID.
Selain di Cleveland, kata Eka Rock, SID juga mendapat sambutan meriah di Indianapolis dan Las Cruces. Di Las Cruces, SID bahkan bisa memancing penonton untuk moshing atau saling mendorong dan saling mengempaskan tubuh di tengah massa ketika SID main.
Di kota-kota lain, penampilan SID umumnya hanya ditonton rata-rata 30 orang. Itu masih bagus. Banyak band lain yang hanya ditonton sekitar 10 orang.
Di ajang ini, band yang belum punya nama memang harus bersaing langsung dengan band tenar, seperti Bad Religion, NOFX, Anti Flag, dan A Day to Remember, merebut penonton. Di Pittsburgh, misalnya, SID harus bermain pada waktu yang hampir bersamaan dengan NOFX dan Anti Flag. Panggung mereka pun hanya berjarak masing-masing 30-an meter. Bisa ditebak, penonton lebih melirik NOFX dan Anti Flag.
Agar ditonton banyak orang, personel band yang belum punya nama harus promosi keliling arena Warped Tour sambil membawa papan bertuliskan nama bandnya dan jadwal manggung hari itu. Ada pula yang mengecat nama band mereka di aspal di lokasi-lokasi strategis atau membagi selebaran.
Personel SID berusaha memikat perhatian dengan berputar-putar arena Warped Tour mengenakan kain kotak-kotak dan penutup kepala khas Bali. Di tengah kerumunan massa, mereka berteriak, ”We are from Bali, Indonesia.”
Hasilnya? Mereka menemukan beberapa orang yang sudah tahu SID dari situs Myspace. Sebaliknya, mereka pun menemukan beberapa orang yang jangankan tahu SID, tahu Bali dan Indonesia saja tidak. Di California, misalnya, seorang pengunjung Warped Tour bertanya, ”Apakah Anda orang Meksiko?”
”Bukan. Kami dari Bali.”
”Oh, Bali (dia melafalkannya ballay). Apakah itu suatu tempat di California?”
(Gubrak!!!)
Pada akhirnya, para personel SID harus menjadi ”duta bangsa” yang tidak hanya menjelaskan musiknya, melainkan juga letak Indonesia di peta dunia. Kemudian, SID memberikan gambaran bahwa Bali itu Pulau Dewata yang indah-permai, gemah ripah loh jinawi. Untungnya, mereka tidak banyak bertanya soal teror bom di Indonesia.
Hemat
Bagaimana SID bisa bermain di festival punk terbesar di dunia ini? Jerinx, drumer SID, mengatakan, mereka direkomendasikan NOFX yang mereka kenal ketika band itu konser di Bali tahun 2007. Saat itu, SID menjadi band pembuka konser NOFX.
Apa makna tur ini bagi SID? Jerinx mengatakan, tur ini memberi pengalaman yang sangat berarti. ”Kami sekarang tahu bagaimana cara bersaing dengan band-band lain, bagaimana cara tampil di festival sebesar Warped,” ujarnya.
Di ajang Warped Tour kali ini, SID menjadi satu-satunya band dari Asia. Dalam sejarah Warped Tour yang dimulai tahun 1994, selain SID, baru ada dua band asal China dan Jepang yang bisa tampil di sini.
SID tampil di 11 dari 47 kota di AS dan Kanada. Penampilan perdana mereka dimulai di beberapa kota di California yang berada di pantai barat AS. Mereka kemudian bergerak ke Arizona di selatan, New Mexico di tengah, Texas, Indianapolis, terus bergerak ke pantai timur ke Ohio dan Pennsylvania. Dengan demikian, perjalanan SID bisa dikatakan membelah AS dari pantai barat ke timur yang kalau menggunakan pesawat bisa berjam-jam.
Tapi, SID tidak menggunakan pesawat. Mereka memakai mobil van sewaan yang disesaki tujuh penumpang ditambah peralatan band dan tas-tas besar. Perjalanan ini memang jauh dari mewah. Modal untuk tur di AS yang diperoleh SID dari sponsor, menurut Bobby, tidak lebih dari Rp 250 juta. Sementara honor setiap tampil di Warped Tour hanya 250 dollar AS dipotong pajak 30 persen.
Uang itu harus dicukup-cukupkan untuk menutup semua pengeluaran SID selama mengikuti Warped Tour dari 26 Juni-9 Juli yang dilanjutkan dengan konser From Bali With Rock di enam kota di AS hingga akhir Juli nanti.
Karena itu, mereka benar-benar hemat. Mereka, misalnya, hanya menyewa satu kamar hotel untuk tujuh orang. ”Pokoknya gila deh,” kata Boby, Jumat (10/7), ketika berbincang-bincang di Washington DC.
Bebas
Di Indonesia, nama SID kini sedang melambung tinggi. Lagunya, ”Jika Kami Bersama”, belakangan ini sering diputar di layar televisi dan radio. Namun, jauh sebelum lagu itu keluar, SID yang dibentuk tahun 1995 telah malang melintang di sejumlah gig atau panggung indie. Mereka juga sempat merilis tiga album indie tahun 1997, 1999, dan 2002.
Tahun 2003, SID bergabung dengan label Sony Music Indonesia dan menelurkan album Kuta Rock City. Lewat dua lagu andalan, ”Kuta Rock City” dan ”Punk Hari Ini”, mereka langsung disejajarkan dengan grup-grup rock mapan Indonesia. Masih bersama Sony, tahun 2004, 2006, dan 2009 SID berturut-turut merilis album The Hangover Decade, Blackmarket Love, dan Angles and The Outsiders.
Bersamaan dengan itu, komunitas penggemar SID, Outsiders, pun terbentuk di beberapa daerah, seperti Yogyakarta, Bandung, Bali, dan Jakarta.
Meski bergabung dengan label utama, SID tidak banyak berubah. Musik mereka tetap garang dan lirik lagunya masih menyuarakan kepentingan kaum marjinal, mengecam kesewenang-wenangan politik, dan kemarahan alam. Buat SID, lanjut Jerinx, musisi harus memiliki keberpihakan pada yang lemah.
Citra SID sebagai band yang garang, kasar, dan berandalan juga tetap melekat meski sebenarnya para personel SID dalam keseharian ternyata amat santun dan gaya hidupnya sangat biasa. Eka yang asli Negara, Bali, dan bernama asli I Made Eka Arsana (34), rajin minum susu; Jerinx atau I Gede Ari Astina (32) berusaha menjadi vegetarian; Bobby atau I Made Putra Budi Sartika (32) jarang merokok.
Budi Suwarna
”More! More! More!” Teriak puluhan penonton meminta Superman Is Dead (SID) menyanyikan lagi beberapa lagu. Ini bukan terjadi di konser SID di Indonesia, melainkan di arena Warped Tour 2009 di Time Warner Cable Amphitheatre di Cleveland, Ohio, Amerika Serikat.
Sayang SID tidak bisa memenuhi permintaan mereka karena jatah manggungnya selama 20 menit sudah berakhir. Sambil turun panggung, vokalis SID, Bobby Kool, berteriak, ”Kamu bisa mendengarkan CD album kami.”
Sebagian penonton pun mendatangi personel SID di belakang panggung, berbincang, kemudian membeli CD album SID. Mereka juga meminta tanda tangan dan foto bersama SID.
Selain di Cleveland, kata Eka Rock, SID juga mendapat sambutan meriah di Indianapolis dan Las Cruces. Di Las Cruces, SID bahkan bisa memancing penonton untuk moshing atau saling mendorong dan saling mengempaskan tubuh di tengah massa ketika SID main.
Di kota-kota lain, penampilan SID umumnya hanya ditonton rata-rata 30 orang. Itu masih bagus. Banyak band lain yang hanya ditonton sekitar 10 orang.
Di ajang ini, band yang belum punya nama memang harus bersaing langsung dengan band tenar, seperti Bad Religion, NOFX, Anti Flag, dan A Day to Remember, merebut penonton. Di Pittsburgh, misalnya, SID harus bermain pada waktu yang hampir bersamaan dengan NOFX dan Anti Flag. Panggung mereka pun hanya berjarak masing-masing 30-an meter. Bisa ditebak, penonton lebih melirik NOFX dan Anti Flag.
Agar ditonton banyak orang, personel band yang belum punya nama harus promosi keliling arena Warped Tour sambil membawa papan bertuliskan nama bandnya dan jadwal manggung hari itu. Ada pula yang mengecat nama band mereka di aspal di lokasi-lokasi strategis atau membagi selebaran.
Personel SID berusaha memikat perhatian dengan berputar-putar arena Warped Tour mengenakan kain kotak-kotak dan penutup kepala khas Bali. Di tengah kerumunan massa, mereka berteriak, ”We are from Bali, Indonesia.”
Hasilnya? Mereka menemukan beberapa orang yang sudah tahu SID dari situs Myspace. Sebaliknya, mereka pun menemukan beberapa orang yang jangankan tahu SID, tahu Bali dan Indonesia saja tidak. Di California, misalnya, seorang pengunjung Warped Tour bertanya, ”Apakah Anda orang Meksiko?”
”Bukan. Kami dari Bali.”
”Oh, Bali (dia melafalkannya ballay). Apakah itu suatu tempat di California?”
(Gubrak!!!)
Pada akhirnya, para personel SID harus menjadi ”duta bangsa” yang tidak hanya menjelaskan musiknya, melainkan juga letak Indonesia di peta dunia. Kemudian, SID memberikan gambaran bahwa Bali itu Pulau Dewata yang indah-permai, gemah ripah loh jinawi. Untungnya, mereka tidak banyak bertanya soal teror bom di Indonesia.
Hemat
Bagaimana SID bisa bermain di festival punk terbesar di dunia ini? Jerinx, drumer SID, mengatakan, mereka direkomendasikan NOFX yang mereka kenal ketika band itu konser di Bali tahun 2007. Saat itu, SID menjadi band pembuka konser NOFX.
Apa makna tur ini bagi SID? Jerinx mengatakan, tur ini memberi pengalaman yang sangat berarti. ”Kami sekarang tahu bagaimana cara bersaing dengan band-band lain, bagaimana cara tampil di festival sebesar Warped,” ujarnya.
Di ajang Warped Tour kali ini, SID menjadi satu-satunya band dari Asia. Dalam sejarah Warped Tour yang dimulai tahun 1994, selain SID, baru ada dua band asal China dan Jepang yang bisa tampil di sini.
SID tampil di 11 dari 47 kota di AS dan Kanada. Penampilan perdana mereka dimulai di beberapa kota di California yang berada di pantai barat AS. Mereka kemudian bergerak ke Arizona di selatan, New Mexico di tengah, Texas, Indianapolis, terus bergerak ke pantai timur ke Ohio dan Pennsylvania. Dengan demikian, perjalanan SID bisa dikatakan membelah AS dari pantai barat ke timur yang kalau menggunakan pesawat bisa berjam-jam.
Tapi, SID tidak menggunakan pesawat. Mereka memakai mobil van sewaan yang disesaki tujuh penumpang ditambah peralatan band dan tas-tas besar. Perjalanan ini memang jauh dari mewah. Modal untuk tur di AS yang diperoleh SID dari sponsor, menurut Bobby, tidak lebih dari Rp 250 juta. Sementara honor setiap tampil di Warped Tour hanya 250 dollar AS dipotong pajak 30 persen.
Uang itu harus dicukup-cukupkan untuk menutup semua pengeluaran SID selama mengikuti Warped Tour dari 26 Juni-9 Juli yang dilanjutkan dengan konser From Bali With Rock di enam kota di AS hingga akhir Juli nanti.
Karena itu, mereka benar-benar hemat. Mereka, misalnya, hanya menyewa satu kamar hotel untuk tujuh orang. ”Pokoknya gila deh,” kata Boby, Jumat (10/7), ketika berbincang-bincang di Washington DC.
Bebas
Di Indonesia, nama SID kini sedang melambung tinggi. Lagunya, ”Jika Kami Bersama”, belakangan ini sering diputar di layar televisi dan radio. Namun, jauh sebelum lagu itu keluar, SID yang dibentuk tahun 1995 telah malang melintang di sejumlah gig atau panggung indie. Mereka juga sempat merilis tiga album indie tahun 1997, 1999, dan 2002.
Tahun 2003, SID bergabung dengan label Sony Music Indonesia dan menelurkan album Kuta Rock City. Lewat dua lagu andalan, ”Kuta Rock City” dan ”Punk Hari Ini”, mereka langsung disejajarkan dengan grup-grup rock mapan Indonesia. Masih bersama Sony, tahun 2004, 2006, dan 2009 SID berturut-turut merilis album The Hangover Decade, Blackmarket Love, dan Angles and The Outsiders.
Bersamaan dengan itu, komunitas penggemar SID, Outsiders, pun terbentuk di beberapa daerah, seperti Yogyakarta, Bandung, Bali, dan Jakarta.
Meski bergabung dengan label utama, SID tidak banyak berubah. Musik mereka tetap garang dan lirik lagunya masih menyuarakan kepentingan kaum marjinal, mengecam kesewenang-wenangan politik, dan kemarahan alam. Buat SID, lanjut Jerinx, musisi harus memiliki keberpihakan pada yang lemah.
Citra SID sebagai band yang garang, kasar, dan berandalan juga tetap melekat meski sebenarnya para personel SID dalam keseharian ternyata amat santun dan gaya hidupnya sangat biasa. Eka yang asli Negara, Bali, dan bernama asli I Made Eka Arsana (34), rajin minum susu; Jerinx atau I Gede Ari Astina (32) berusaha menjadi vegetarian; Bobby atau I Made Putra Budi Sartika (32) jarang merokok.